Senin, 17 Desember 2012

Sejarah Perkembangan pengajaran Bahasa Arab


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ketika alat transportasi berteknologi tinggi belum ditemukan, menempuh jarak yang jauh perlu waktu lama. Untuk menenpuh jarak 300-an km, misalnya, setidaknya diperlukan waktu dua sampai tiga bulanan, karena harus berjalan kaki atau menggunakan tenaga hewan. Namun setelah ditemukannya alat perhubungan yang berteknologi modern, jarak tempuh itu tidak seberapa, karena dapat diperpendek hingga ratusan kali lipat.
Aka tetapi tidak demikian halnya dalam bidang “teknologi” belajar bahasa. Riset dan upaya-upaya pencarian pemecahan masalah cara belajar dan mengajar bahasa yang efisien telah lama dilakukan, namun hasilnya tidak banyak membawa pengaruh perubahan dalam cara dan hasil belajarnya. Keberhasilan belajar bahasa dewasa ini tak banyak bedanya dengan hasil yang bisa dicapai pada kurun dua abad yang lalu.
Dari perbandingan dua kasus ini perlu ditekankan bahwa betapa studi tentang metodologi belajar bahasa (bahasa kedua atau Asing) yang sudah demikian lama dan menghabiskan dana yang tidak sedikit itu belum banyak mengubah cara orang belajar bahasa, terutama yang menyangkut aspek kesederhanaan dan kehematannya. Hal ini bisa saja terjadi karena penggunaan metode yang tidak efektif dan efisien.
Dari sini perlulah kita mengetahui sejarah tentang perkembangan metode pengajaran bahasa Arab, setidakny kita akan mengetahui metode pengajaran yang digunakan di zaman dahulu dan zaman sekarang. Meskipun memang harus diakui bahwa tidak mudah memperoleh referensi mengenai perkembangan metode pengajaran bahasa Arab yang bersifat spesifik pada masa-masa pertama penyebaran bahasa Arab ke luar negeri Arab.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab
Berbicara tentang bahasa Arab dalam konteks sejarah tidak bisa lepas dari perjalanan penyebaran islam. Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1H atau abad ke-7M, karena bahasa Arab selalu terbawa kemana pun islam terbang. Penyebaran itu meliputi wilayah Byzantium di utara, wilayah Persia di timur dan wilayah Afrika sampai Andalusia di Barat. Bahasa Arab pada masa khalifah Islamiyah itu menjadi bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Kebanggan kepada bahasa Arab menyebabkan bahasa Yunani, Persia, Koptik dan Syiria yang merupakan bahasa ibu bagi penduduk di berbagai wilayah itu berada pada posisi inferior. Mereka berbicara, menulis surat-surat pribadi, bahkan mengarang syair-syair dengan bahasa Arab. Tidak diperoleh referensi yang memadai bagaimana bahasa Arab dipelajari oleh orang-orang non Arab itu. Yang pasti adalah melalui interaksi langsung dengan penutur asli bahasa Arab yang datang ke negei mereka, dan kepergian mereka ke pusat-pusat Islam di jazirah Arabia.[1]
Melalui analisis sejarah dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno melalui penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, kemudian dari bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut.hal ini berdasarkan fakta-fakta sebagai berikut :
1.      Adanya kesamaan waktu antara penyebaran dan dominasi bahasa latin di Eropa dengan penyebaran dan dominasi bahasa Arab di wilayah kekhalifaan islam, yaitu sekitar abad 1-9H atau 7-15M.
2.      Adanya kesamaan tujuan belajar mengajar bahasa yaitu untuk mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan.
3.      Adanya hubungan yang intens antara Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno, melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab kemudian dari Arab ke latin.[2]
Perjalanan sejarah masa lalu membuktikan betapa besar peranan bahasa Arab dalam menyelamatkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, yang menurut bangsa Eropa berbahaya bagi agama mereka. Sehingga setelah mereka memasuki zaman kebangkitan (renaissance) ilmu pengetahuan dan filsafat yunani itu diambil alih kembali dari ummat islam. Dan sampai sekarang dapat kita saksikan keunggulan mereka di berbagai aspek kehidupan. Termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Kemajuan yang terjadi di Eropa menggiring dunia Arab dan Islam untuk berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan yang pada awalnya berasal dari kemajuan peradaban mereka sendiri. Disinilah teori dialektika Hegel terjadi. Peradaban barat maju karena kemajuan peradaban Islam dan Arab kemudian dipengaruhi oleh kemajuan peradaban barat. Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1798M, dunia Arab dan Islam mulai terbuka kembali untuk melihat dan meneladani berbagai kemajuan yang terjadi di Eropa.[4]
Dalam pengajran bahasa, metode-metode yang berkembang di Eropa pun diadopsi dan digunakan secara luas di Mesir, mulai dari metode gramatika terjemah sampai dengan metode langsung. Perlu pula disebutkan bahwa pada waktu yang sama, para missionaris Kristen dari Amerika menyerbu negeri Arab bagian Utara (Syam). Mereka mula-mula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi penyebarab misinya. Banyak diantara mereka yang ikut berjasa memajukan bahasa Arab. Pada waktu itu, Syiria dan Libanon merupakan salah satu pusat pengembangan bahasa Arab. Banyak buku mengenai ilmu bahasa termasuk kamus-kamus yang ditulis dan diterbitkan di kedua negeri itu. Diantara mereka yang giat dalam pengembangan bahasa Arab itu banyak yang Beragama Nasrani, seperti Louis Ma’luf yang kamusnya, Al-Munjid, terkenal hingga hari ini. Tidak diragukan lagi bahwa hubungan Arab dengan Amerika yang dimulai oleh para missionaries ini, berpengaruh terhadap perkembangan metodologi pengajaran bahasa Arab. Hubungan ini terus berlanjut, lebih terbuka dan lebih intens pada masa-masa sesudahnya.[5]



B.     Perkembangan Metode Pengajaran Bahasa Arab
Secara historis, inovasi dan perubahan pandangan dalam studi pembelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase penting yang bisa kita amati dari perkembangan dan inovasi dalam bidang pembelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1980-an. Fase pertama, antara tahun 1880-1920. Pada fase ini terjadi rekonstruksi atau pengembangan ulang bentuk-bentuk metode langsung (al-thariqah al-mubasyarah/ direct method) yang pernah dikembangkan pada zaman Yunani dulu. Selain itu juga dikembangkan metode bunyi (al-thariqah al-shautiyyah/phonetics method), yang juga berakar pada tradisi Yunani. [6]
Pada fase ini bidang pengajaran bahasa diperkenalkan dengan unsur baru yang lain, yaitu ilmu fonetik deskriptif. Biarpun masalah ini sudah dipelajari sejak pertengahan abad ke-19 oleh Brucke, Ellis, Bell, Sweet, Sievers, Klinghardt, Passy dan lain-lain. Namun Vietor lah yang menjalinkannya kedalam metode mengajar bahasa. Dengan menggunakan bahasa lisan sebagai titik tolak, Vietor dan para pengikutnya mengembangkan suatu metode yang intisarinya sebagai berikut :
1.      Kosakata harus diajarkan dalam kalimat, tidak berdiri sendiri-sendiri tanpa konteks karena kalimat adalah unit bahasa yang paling pokok ;
2.      Kalimat yang diajarkan tidak boleh disajikan tanpa hubungan tetapi selalu harus dikaitkan dengan persoalan yang menarik hati murid;
3.      Hal-hal baru diajarkan melalui gerak-gerik tangan, gambar dan kata-kata yang sudah diketahui sebelumnya;
4.      Bacaan diberikan kemudian dan hanya diajarkan bacaan yang bahannya disusun tahap demi tahap sehingga berangsur-angsur dengan melalui bacaan murid akan mengenal negara asing dan kebudayaannya. Negara asing yang dimaksud disini ialah negara yang bahasanya dipelajari si murid;
5.      Pengetahuan tatabahasa diperoleh secara induktif dengan mempelajari teks.[7]
Fase kedua, antara tahun 1920-1940. Pada fase ini di Amerika dan Canada dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasilkan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi (al-thariqah al-ittifaqiyyah/ compromise method) dan metode membaca (al-thariqah al-qira’ah/ reading method). Pada fase ketiga ini ada tiga periode yang dapat diamati, yaitu :
a.       Periode 1940-1950, adalah periode lahirnya metode efisien dan praktis dari dunia ketentaraan. Metode ini terkenal dengan sebutan American Army Method ( al-thariqah al-jundiyyah al-amrikiyyah), yakni metode yang lahir dari markas tentara Amerika untuk kepentingan ekspansi perang.
b.      Periode 1950-1960 adalah periode munculnya metode audiolingual (al-thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah) di Amerika dan audiovisual (al-thariqah al-bashariyyah) di Inggris dan Prancis, sebagai akibat langsung dari sukses army method.
c.       Periode 1960-1970, adalah periode munculnya kerraguan dan kaji ulang terhadap hakikat belajar bahasa. Periode ini merupakan awal runtuhnya metode audiolingual, dan populernya analisis kontrastif, yang berupaya membantu mencari landasan teori dalam dalam pembelajaran bahasa.
Fase keempat, antara tahun 1970-1980. Fase ini dipandang sebagai titik balik dan merupakan periode yang paling inovatif dalam studi pemerolehan bahasa kedua dan asing. Hasilnya adalah pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang dikenal dengan pendekatan komunikatif (al-madkhal al-ittishali/ communicative approach) dalam belajar bahasa.
Secara umum itulah gambaran perkembangan pasang-surut pembelajaran bahasa. Yang terpenting sekarang adalah pemahaman tentang hasil-hasil yang dicapai selama ini dalam studi pembelajaran bahasa, terutama yang terjadi sepuluh atau lima belas tahun terakhir ini. Yang jelas porsi terbesar dalam studi ini dan telah mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan adalah studi pemerolehan bahasa seperti yang telah dihasilkan pada dasawarsa tujuh puluhan.[8]










BAB III
PENUTUP

Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1H atau abad ke-7M, karena bahasa Arab selalu terbawa kemana pun islam terbang. Bahasa Arab pada masa khalifah Islamiyah itu menjadi bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan.
Melalui analisis sejarah dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno melalui penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, kemudian dari bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut.
Secara historis, inovasi dan perubahan pandangan dalam studi pembelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase penting yang bisa kita amati dari perkembangan dan inovasi dalam bidang pembelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1980-an.
















DAFTAR PUSTAKA

Fuad Ahmad Effendy, 2004, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat
Hermawan Acep, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja Rosdakarya
Mu’in Abdul, 2004, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru
Sumardi Muljanto, 1974, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang
Walfajri.fajristainjusi.blogspot.com/2009/12/16/perkembangan-pengajaran-bahasa-Arab.html.



[1] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), hal. 19-20

[2] Ibid, hal.20
[3] Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004) hal. 37
[4] Walfajri.fajristainjusi.blogspot.com/2009/12/16/perkembangan-pengajaran-bahasa-Arab.html.
[5] Ahmad Fuad Effendy, op.cit hal. 21
[6] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal.40
[7] Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 21
[8] Acep Hermawan, op.cit hal. 40-42

2 komentar:

  1. Langsung saja sanggahan saya
    Terkait metode yang paparkan dari ke empat fase tersebut apakah metode-metode tersebuat sudah diada disetiap sekolah yang ada indonesia?
    Terus pasa fese kedua poin A apa kaitannya ekspansi perang yang di adakan amarika terhadap perkembangan metode pengajaran bahasa arab
    Bisa di jelaskan?.
    Terima kasih

    BalasHapus