FLEKSIBILITAS
KHITTAH PERJUANGAN HMI-MPO SEBAGAI OTAK PERGERAKAN MAHASISWA INDONESIA
a. Khittah
Perjuangan HMI MPO dan perkembangan zaman
Pada dasarnya
organisasi kemahasiswaan yang menjadi dalam dalam melakukan pergerakan tentunya
memiliki manhaj-manhaj tersendiri. Manhaj yang menjadi paradigma gerakan dan
cita-cita perjuangan dalam menciptakan tatanan masyarakat yang ideal dan sesuai
dengan kehidupan yang damai sejahtera. Organisasi pergerakan mahasiswa membawa
visi misi khusus dalam mengepakan sayap pengaruhnya untuk dapat menjadi bagian
dari kultur jaringan yang turut serta dalam berbagai bidang dalam rangka
membangun dan mengembangkan umat.
Himpunan mahasiswa
Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) sebagai organisasi pegerakan dan
perkaderan memiliki manhaj tersendiri sebagai pedoman pergerakan yang memuat
tentang azas, tujuan, usaha dan independensi organisasi[1].
Pedoman pergerakan HMI-MPO disebut sebagai Khittah Perjuangan. Didalam Khittah
Perjuangan inilah diatur bagaimana azas organisasi HMI-MPO yang memuat tentang
beberapa materi yang menjadi penguatan ideologi dalam diri masing-masing kader.
Bagaimana tujuan HMI-MPO dalam membina mahasiswa untuk dapat menjadi insane
ulil albab yang bertanggun jawab atas terwujudnya masyarakat yang
diridhoi Allah SWT. Sehingga menciptakan suasana yang harmonis dan selaras
dengan konsep system masyarakat madani.
Pencapaian tujuan dari
organisasi ini dilaksanakan dengan usaha-usaha yang menjadi landasan dasar
dalam melaksanakan perjuangan yang mulia ini. Usaha-usaha ini terdiri dari
pelaksanaan amar-ma’ruf nahyi munkar, pembentukan individu yang
muabid, mujahid, mujtahid dan mujadid serta pembentukan dari karakter masyarakat[2].
Sehingga diperlukan sifat dan sikap independensi dari orgainsasi HMI-MPO ini
agar tidak terjebak dalam suasana pragmatisasi yang menjadikan kesejahteraan
rakyat ini bagaikan bola pingpong yang hanya bisa dipukul kesana kemari.
Ketermuatan tentang
azas, tujuan, usaha, dan indenpedensi dalam Khittah Perjuangan merupakan sebuah
gambaran bahwasannya HMI-MPO adalah organisasi perkaderan dan
pergerakan yang benar-benar murni untuk mensejahterakan umat. Dalam mencapai
kesejahteraan umat ini maka HMI MPO memastikan bahwa khittah Perjuangan yang
menjadi pedoman teoritis organisasi harus dapat beradapatsi dengan perubahan
zaman yang saat ini menuju pada arah reformasi globalisai secara besar-besaran.
Keterkaitan antara perubahan zaman dengan peranan HMI-MPO di dalamnya
menjadikan HMI-MPO harus fleksibel dengan relevansi suasana zaman sekarang.
Khittah Perjuangan
merupakan pergulatan pemikiran dalam merespon realita situasi dan kondisi baik
eksternal maupun internal[3].
Memang, pada hakikatnya perubahan zaman ini adalah tantangan sekaligus
kesempatan untuk HMI-MPO tetap dapat menampakan eksistensinya di dalam
perkembangan zaman. Dalam kata pengantar buku “ HMI MPO dalam kemelut
Modernisasi Politik di Indonesia” yang dibawakan oleh kanda Eggi
Sudjana, bahwasannya peranan HMI dalam persepektif sosiologi senantiasa terkait
dengan eksistensi kesejarahannnya maupun dinamika social politik umat Islam
yang membawa HMI ini telah memberikan kontribusi yang nyata dalam mengadakan
perubahan umat Indonesia kea rah yang lebih baik.
Pemahaman tentang
Khittah Perjuangan .ini merupakan suatu kaharusan yang menjadi landasan
berpikir HMI-MPO. Mengapa demikian? Karena secara garis besar yang menyangkut
tentang Keber-Islam-an dan Ke-HMI-an dapat terjawab dengan tuntas. Khittah
perjuangan sebagai tafsir dari pergerakan HMI-MPO tersebut telah menjadi nyawa
dalam jasad yang perlu digerakkan dengan adanya kehendaka dari individu
masing-masing.
Acuan yang menjadikan
pedoman pergerakan HMI-MPO adalah Khittah Perjuangan bahwasannya Khittah
Perjuangan bersifat normatif yang menuntut pada universalitas dan keabadian[4].
Sehingga, Khittah Perjuangan bersifat fleksibel dan dinamis yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang saat ini menuju pada era
modern yang mengusung pada kebebasan pribadi dengan kata lain zaman liberal
(liberalism=bersifat paham liberal). Selain itu juga banyak paham lain
diantaranya individualism, kapitalisme, dan paham barat lainnya yang harus
dapat dijawab oleh para kader HMI-MPO khususnya dan mahasiswa pada umumnya.
Karena itu, Khittah Perjuangan perlu menjadikannya sebagai sebuah tantangan
yang harus diselesaikan dan dapat memberikan sesuatu yang terbaik
untuk perkembangan zaman ini, dengan perubahan dan inovasi kreatif buah para
pemikiran kadernya.
Fleksibelitas Khittah
Perjuangan dapat kita amati dari penyesuaian isi dan kandungan yang terdapat di
dalamnya. Bagaimana khittah perjuangan dapat menjawab tantangan zaman dan
kebutuhan umat. Tantangan umat yang sedang booming pada dasar permasalahan
zaman ini yaitu sekularisasi agama dengan berbagai aspek kehidupan. Adanya
paham-paham baru yang membuat umat semakin “bingung” akan
keberagaman semua ini. Akan tetapi, Khittah Perjuangan menjawabnya dengan
penguatan pondasi ideology dan akidah pada para kadernya dengan menguatkan azas
keyakinan muslim sebagai meteri pertama dalam azas Khittah Perjuangan.
Kenyataan ini dapat dilihat dari perbedaannya dengan NIK (Nilai Identitas
Kader) yang lebih mengedepankan aspek KeIndonesiaan dari pada KeIslaman dan
banyak dipengaruhi oleh pemikiran sosialis. Sedangkan, Khittah Perjuangan
berdasarkan pada definisi Islam yang lebih mereka pikirkan dan rumuskan selama
tujuh tahun, disarikan dari 95 ayat Al-Qur’an dan pikiran berbagai pakar muslim
di luar negeri[5].
Dalam menyikapi
berbagai permasalahan ini, Khittah Perjuangan dirumuskan lebih komplek dan
dapat diterima oleh berbagai kalangan. Maka, tidak ada yang dapat dipungkiri
bahwa Khittah Perjuangan dapat dijadikan sebagai otak pergerakan mahasiswa
Indonesia terutama mahasiswa para kader HMI-MPO ke depannya.
Perubahan yang
signifikan dalam merumuskan Khitta Perjuangan memang perlu dilakukan dan penting
untuk diwacanakan. Karena ditakutkan adanya sakralisasi terhadap khittah
Perjuangan itu sendiri. Sakralisasi yang dimaksudkan adalah penganggapan dan
penafsiran yang berlebihan terhadap Khittah perjuangan iu sendiri. Oleh
karenanya, revisi dan konsep yang matang perlu untuk disiapkan sekarang ini
demi penjabaran tantangan zaman yang semakin tak tentu arah ini.
keberIslaman HMI-MPO
sudah tidak perlu untuk dipertanyakan lagi, selain telah menentang azas tunggal
Pancasila untuk dijadikan azasnya, juga Khittah perjuangan telah secara
gamblang dengan rinci menjelaskan Keyakinan muslim untuk penguatan tauhid para
kader, wawasan ilmu sebagai jawaban terhadap tatanan intelektual yang matang,
wawasan social menjadikan kader lebih resfek terhadap permasalahan social di
sekitarnya, yang mengatur terhadap interaksi manusia dengan manusia lagi dan
manusia dengan makhluk lainnya maupun lingkungan. Kepemimpinan manusia dibumi
ini sebagai fitrah manusia yang dijadikankhalifah dengan ditunjang
oleh etos perjuangan untuk selalu semangat dalam melakukan pergerakan yang
menuju pada arah perubahan. Di akhir azas, Khittah perjuangan menuangkan hari
akhir/hari kemudian demi memantapkan keyakinan tauhid manusia bahwasannya
manusia diciptakan di dunia ini hanya sementara dan selebihnya akan kembali
pada Sang Khalik yakni Allah SWT.
b. Khittah Perjuangan
Sebagai Otak Pergerakan
Kedinamisan umat saat
ini menjadikan Khittah Perjuangan mempunyai masalah komplek yang seharusnya
dapat terjawab saat ini juga. HMI-MPO yang mejadikan Khittah Perjuangan sebagai
paradigm pergerakan dalam membangun dan membina mahasiswa untuk menjadi insane
ulil albab harus dapat menanamkan Khittah Perjuangan ke dalam pikirannya para
kader. Otak pergerakan inilah yang harus dikuatkan dan perlu dijadikan identitas
dalam menjawab pardigma pergerakan HMI-MPO yang apabila diperhatikan selalu
bertentangan dengan kebijakan-kebijakan penguasa.
Umat yang sekarang
berkembang di masyarakat ini adalah umat yang senantiasa menerima dan tanpa
piker panjang menelaahnya untuk dijadikan sebagai sebuah ideology hidup.
Kehidupan seperti inilah, bahwasannya HMI-MPO mendapat titik terang dalam
rangka penguatan ideology kader HMI-MPO dalam menjawab permasalahan dan
kaitanya dengan fleksibelitas Khittah Perjuangan sebagai otak pergerakan
mahasiswa.
Khitah Perjuangan
inilah yang akan mengarahkan para kader untuk dapat menelaah dan meningkatkan
daya kritis di bawah naungan system yang perlu adanya perbaikan untuk menuju
parubahan kehidupan. Khittah perjuangan sebagai paradigma pergerakan HMI-MPO
perlu menjawab tantangan ini, dimaksudkan agar kader yang telah berkecimpung
dan masuk HMI-MPO ini tidak salah orientasi dan pemikiran yang sempit dalam
memahami status kekaderannya di dalam HMI-MPO.
Maka dari itu,
fleksibelitas Khittah Perjuangan yang menjadi otak Pergerakan mahasiswa harus
dapat menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan mahasiswa untuk dapat
hidup berorganisasi dengan baik yang impliksainya dapat mengintegrasikan
Khittah Perjuangan pada masyarakat luas, baik masih pada status mahasiswa
maupun nantinya telah lulus dari perguruan tinggi tanpa melupakan jati dirinya
sebagai seorang aktivis pergerakan.
KESIMPULAN
Tantangan
menadasar yang dihadapi umat Islam dewasa ini sebenarnya bukan berupa ekonomi,
politik, sosial, dan budaya[6].
Akan tetapi tantangan zaman sekarang ini adalah tantangan pemikiran dengan
berbagai varian yang disuguhkan untuk mengemas pemikiran tersebut agar dapat
diterima oleh masyarakat luas. Inilah kesimpulan masalah dari makalah ini.
Khittah perjuangan harus mampu mencari solusi jalan keluar dari tantangan
permasalahan dengan fleksibelitasnya sebagai paradigm pergerakan mahasiswa
HMI-MPO. Ini telah dirumuskan dan telah terbentuk dalam wujud sebuah buku, akan
tetapi bagaimana semua kader dapat memahami khittah Perjuangan ini. Dengan
berbagai perubahannya, dimaksudkan agat dapat menjawab tantangan era perubahan
yang sedang terjadi saat ini.
Perubahan
zaman sebagai tantangan dan kesempatan merupakan peluang yang terbuka untuk
HMI-MPO menunjukan identitas dirinya sebagai organisasi perkaderan dan
pergerakan yang memang benar-benar konsisten dalam melakukan control sosial dan
krtik yang mengedepankan perbaikan dan perubahan yang kongkrit. Dari itu,
Khittah Perjuangan dapat menopang kebutuhan kader dan umat ini agar dapat
menjadikannya otak di dalam pikiran perjuangannya.
Pergerakan
mahasiswa yang mejadi focus utama dalam penanaman paradigma Khittah Perjuangan
ini menjadikannya sebagai tafsir hidup perubahan yang dinamis dan fleksibel.
Dinamis dalam upaya perubahan zaman menuju era globalisasi dan fleksibel yang
dapat menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan baik kehiupan mahasiswa
maupun masyarakat luas untuk dapat berjalan bersama dalam melakukan perubahan
kea rah perbaikan. Sehingga dapat terciptanya tatanan masyarakat yang diridhoi
Allah SWT, baldatun thayyibatun wa Rabbun Goffur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar