Senin, 17 Desember 2012

Pembelajaran Bahasa Arab bagi Non-Arab


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Sebagaimana telah kita maklumi bersama diantara para pelajar kita atau pelajar non arab terdapat  kesan bahwa bahasa Arab itu sangat sulit, sukar, ruwet bahkan memusingkan kepala. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi manakala pengajaran bahasa Arab disajikan secara metodologis. Karena,
Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya.
Sesungguhnya Bahasa Arab adalah bahasa yang seharusnya dipelajari oleh setiap Muslim dan hendaknya (setiap muslim) bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya karena hubungannya begitu erat dengan agama (Islam) dan ibadah-ibadahnya. Setiap orang diwajibkan mempelajari bahasa Arab, terutama bagi yang mampu dan berkeinginan keras mempelajari agama (Islam), baik itu dengan membaca atau ta’lim, sehingga tujuannya tercapai.
Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari, karena urgensi bahasa Arab bagi masyarakat dunia saat ini, cukup tinggi. Dan bukan hanya bagi muslim saja tetapi begitu pun bagi non arab.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Bahasa Arab bagi Non Arab
a.       Pembelajaran Bahasa Arab
Sebelum memasuki tentang pembelajaran bahasa Arab untuk non-Arab kita harus memahami pengertian pembelajaran bahasa arab terlebih dahulu. Pengertian pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa siswa kearah tujuan, lebih dari itu siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Jadi pembelajaran bahasa arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa arab dan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
b.      Urgensi Bahasa Arab
1. Bahasa Arab adalah bahasa wahyu. al-Qur’an menyebutkan bahasa Arab sebagai bahasa wahyu sebanyak 11 kali di antara bunyi Firman tsb adalah: “Sesungguhnya Kami turunkan al-Quran dalam bahasa Arab agar kamu mengerti”. (QS. Yusuf 2)
2. Bahasa Arab adalah Bahasa yang bersifat ilmiah dan unik. Di antaranya mempunyai akar kata (conjugation) yang bisa mencapai 3.000 bentuk perubahan yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
3. Bahasa Arab adalah Pemelopor peradaban. Sebab bahasa Arab digunakan di peringkat internasional selama 8 abad dalam bidang keilmuan, politik, ekonomi, dll.
4. Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an, tonggak peradaban dan merupakan bagian dari agama. Bahkan Imam Syafi’i mengharuskan setiap Muslim untuk belajar bahasa Arab.
c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab bagi Non Arab
            Pendidikan bahasa arab di Indonesia sudah diajarkan mulai dari TK (sebagian) hingga perguruan tinggi. Berbagai macam penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya menunjukkan upaya serius untuk memajukan mutu dan sistemnya dalam dunia pendidikan bahasa Arab. Secara teoriti macam orientasi pendidikan bahasa Arab diantaranya:
1.      Orientasi religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqru’). Orientasi ini dapat berupa belajar keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).
2.      Orientasi akademis, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan bahasa Arab (istima’, kalam, qiro’ah, dan kitabah). Orientasi ini cenderung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus dikuasai secara akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan studi bahasa Arab di Jurusan Pendidikan bahasa Arab, bahasa dan Sastra Arab, atau pada program Pascasarjana dan lembaga ilmiah lainnya.
3.      Orientasi profesional praktis dan pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk kepentingan profesi, praktis atau prakmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan (muhadatsah) dalam bahasa arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagan, atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah dsb.
4.      Orintasi idiologis dan ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan menggunakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme, kapitalisme, imperialisme, dan sebagainya. Orientasi ini, antara lain, terlihat dari dibukannya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.
5.      . Intensifikasi dalam penerjemahan karya-karya berbahasa Arab, baik mengenai keilmuan dan keislaman kedalam bahsa Indonesia dan atau sebaliknya. Profesi ini cukuo menantang dan menjanjikan harapan, meskipun penerjemah belum mendapat apresiasi yang sewajarnya. Menarik kita sebagai mahasiswa Pendidikan bahasa Arab yang nantinya ingin konsentrasi penjurusan nya dibidang penerjemahan, agar bisa membantu memepercepat kemajuan peradaban Islam adalah adanya gerakan penerjemahan besar-besaran, sperti pada masa Harun al-Rasyid (786-809M) dan al-Ma’mun (786-833). Gerakan penerjemahan ini disosialisasikan dengan ditunjang oleh adanya pusat riset dan pendidikan seperti Bait al-Hikmah (Wisma Kebijaksanaan).
d.      Pembelajaran Bahasa Arab bagi non Arab
Dalam pemerolehan bahasa terdapat beberapa tahap yang harus dipenuhi, antara lain al-Ta\’aruf (Perkenalan), al-Isti\’ab (Penyerapan), dan al-Istimta\’ (Penggunaan Bahasa). Sedangkan dalam pembelajaran bahasa arab untuk orang non-arab, secara aplikatif ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1.      Perencanaan
a.       Perencanaan pembelajaran bahasa arab bukanlah perkara yang kecil, sebaliknya merupakan hal yang besar yang tidak bisa dijalankan dan berkembang kecuali oleh lembaga-lembaga besar milik Negara.
b.      Perencanaan juga harus dilakukan secara ilmiah, menentukan maksud dan tujuan, menentukan metodologi penelitian, dan evaluasi yang jelas.
c.       Keberadaaan lembaga-lembaga serupa sangat bermanfaat karena akan ada kompetisi yang membuat pembelajaran lebih baik.
2.      Pemilihan Komponen Pembelajaran
a.       Permasalahan yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang non-Arab adalah belum adanya pedoman pembelajaran, kalaupun ada masih dalam tahap penelitian.
b.      Apabila tujuan pembelajaran telah ditentukan, maka komponen yang ada dalam tujuan tersebut harus ditetapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Pemilihan Pola Pembelajaran
a.       Pada umumnya, pembelajaran bahasa dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: pemula (al-mubtadi\’ah), menengah (al-mutawassitah), dan Lanjut (al-Mutaqaddimah).
b.      Pola pembelajaran pada tingkat pemula menggunakan Common Core pada bahasa resmi (Fusha). Sedangkan pembelajaran bahasa Amiyah dilakukan dengan hubungan langsung (Mubasyarah) dengan orang arab.
c.       Pada tingakatan menengah dan lanjut mulai dikolaborasikan antara bahasa fusha tekstual dan fusha modern untuk lebih mengembangkan intelektualitas pembelajar.
d.      Pada tingkatan lanjut (al-Mutaqaddimah) pembelajar mulai diarahkan untuk mempelajari bahasa arab melalui suatu disiplin ilmu sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa arab.
e.       Pemilihan pola pembelajaran harus didasarkan pada Analisis kontrastif Bahasa Arab dengan Bahasa yang paling banyak digunakan oleh pembelajar.
f.       Materi pembelajaran harus berdasarkan atas pentahapan periodic, sesuai dengan kondisi masyarakat yang akan dihadapi oleh pengajar.
g.      Penggunaan kamus monolingual (arab-arab) sangat dianjurkan, karena hal ini akan mempercepat kemajuan pembelajaran bahasa arab bagi orang non-arab dibandingkan dengan menggunakan kamus dwilingual.
4.      Persiapan Pengajar (guru)
a.       Tidak semua pengajar bahasa arab dapat mengajar bahasa arab untuk orang non-arab, maka dari itu diperlukan persiapan khusus sebelum mengajar bahasa arab bagi orang non-arab.
b.      Pengajar harus mengetahui bahasa arab secara umum, baik sejarahnya, pola-polanya, sumber-sumbet teksnya, dan penggunaannya dalam komunikasi.
c.       Pengajar juga harus mengetahui linguistic terapan yang berhubungan dengan metode pengajaran bahasa arab untuk orang non-arab.
d.       Pengajar harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap metode, bahan ajar, dan media yang digunakan dalam pembelajaran.


















BAB III
PENUTUP
Pembelajaran bahasa arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa arab dan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Pada saat ini pembelajaran bahasa Arab sangatlah urgen, bukan hanya bagi muslim saja tetapi juga bagi non muslim. Dintara pentingnya bahasa Arab adalah bahasa Arab sebagai bahasa wahyu, sebagai bahasa ilmiah dan sebagai pemelopor peradaban.
Agar proses pembalajaran bahasa berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya yaitu : perencanaan, pemilihan komponen pembelajaran, pemilihan pola pembelajaran dan seorang pengajar atau guru harus melakukan persiapan terlebih dahulu.
Tujuan mempelajari bahasa Arab yaitu memahami dan memahamkan ajaran Islam, untuk
memahami ilmu-ilmu dan keterampilan bahasa Arab (istima’, kalam, qiro’ah, dan kitabah). untuk kepentingan profesi, praktis atau prakmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan (muhadatsah) dalam bahasa arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagan, atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah. Dan lain-lain.














DAFTAR PUSTAKA

Mu’in Abdul, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004
Muhammad Abu Bakar, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Usaha Nasional, Surabaya, 1981
Tarigan Henry Guntur, Pengajaran Kompetensi Bahasa, Angkasa Bandung, Bandung, 1990

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum, maaf sebelumnya lancang, aku pembaca baru di blog anda, ijin follow blog anda yah, soalnya saya baru bikin blog kemaren. jadi bisa dibilang masih amatir... terimakasih sebelumnya.

    BalasHapus