Kamis, 31 Oktober 2013

Kalam Khabary dan Kalam Insya'


Kalam dalam bidang ilmu ma’ani terbagi menjadi dua yaitu kalam khabari dan kalam insya’. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai kedua jenis kalam ini. Adapun cara penulisannya adalah dengan cara menjelaskan terlebih dahulu kalam khabar, kemudian kalam insya’ secara terpisah agar lebih mudah dalam pemahaman dan lebih sistematis dalam susunan.

Sebelum memasuki pembahasan yang panjang, perlu diperhatikan bahwasanya setiap kalam, baik kalam khabar maupun kalam insya’, terdiri atas dua unsur asasi, yaitu mahkum ‘alaih dan mahkum bih. Unsur pertama disebut sebagai musnad ilaih dan unsur kedua disebut sebagai musnad. Sedangkan kata-kata selebihnya, selain mudhaf ilaih dan silah, disebut sebagai qaid.

Kalam Khabari

1. PENGERTIAN KALAM KHABARI

Kalam khabari adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta. Bila kalimat itu sesuai dengan kenyataan, maka pembicaranya adalah benar; dan bila kalimat itu tidak sesuai dengan kenyataan, maka pembicaranya adalah dusta.

Contoh:
• Abu Ishaq Al-Ghazi berkata:
مسامع الناس من مدح ابن حمدان.# امتلات ابوالطيب الكنديّ ما لولا
“ Seandainya tidak ada Abuth- Thayyib Al-Kindi, maka tidak akan penuh pendengaran manusia dengan pujian terhadap Ibnu Hamdan.”

Pada contoh di atas Abu Ishaq Al-Ghazzi menceritakan bahwa Abu Ath-Thayyib al-Mutanabbi adalah orang yang menyebarluaskan keutamaan – keutamaan Saifud – Daulah bin Hamdan. Untuk itu ia berkata, “Seandainya tidak ada Abuth-thayyib, niscaya tidak muncul kemasyhurannya, dan manusia tidak mengetahui seluruh kelebihannya seperti yang telah mereka ketahui sekarang.” Pernyataan ini memungkinkan Al-Ghazzi berkata benar, atuapun berkata dusta. Dan ukuran benar dan salahnya perkataan ini bergantung dari fakta yang ada.

2. MACAM-MACAM KHABAR
Kondisi mukhatab ada tiga macam. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai ketiga kondisi tersebut.
a) Hatinya bebas dari hukum yang terkandung di dalam kalimat (yang akan diucapkan). Dalam kondisi demikian, kalimat disampaikan tanpa disertai adapt taukid. Kalam khabar semacam ini disebut sebagai ibtida’i.
Contoh:
علي قدر أهل العزم تأتى العزائم
Kemauan itu datang sesuai dengan kadar keteguhan.

Pada contoh diatas kalimat, kondisi mukhatab hatinya bebas dari hokum yang terkandung (khaaliyudz-dzihni). Oleh karena itu si pembicara tidak memandang perlu untuk mempertegas berita yang disampaikan.

b) Ragu terhadap hokum dan ingin memperoleh suatu keyakinan dalam mengetahuinya. Dalam kondisi demikian, lebih baik kalimat disampaikan disertai dsengan lafad penguat agar dapat menguasai dirinya. Kalimat semacam ini disdebut thalabi.
Contoh:
إنى رأيت عواكب الدنيا # فتركت ما أهوى لما أخشى
sesungguhnya aku mengetahui seluruh akibat dunia. Karena itulah, maka aku tinggalkan apa yang aku ingini mengingat apa yang aku takuti.

pada contoh diatas tergambar bahwa mukhatab sedikit merasa ragu dan tampak padanya keinginan untuk mengetahui hakikat. Maka dalam kondisi yang seperti ini baik sekali disampaikan kepadanya kalimat berita yang berkesan meyakinkan dan menghilangkan keraguan. Oleh karena itu dalam contoh ini kalimatnya diperkuat dengan inna.

c) Mengingkari isi kalimat. Dalam kondisi demikian, kalimat wajib disertai penguatdengan satu penguat atau lebih sesuai dengan frekuensi keinginannya. Kalimat yang demikian disebut inkari.
Contoh:
إنا لفى زمن ملان من فتن # فلا يعاب به ملانن من فرق
Sesungguhnya kita hidup di zaman yang penuh fitnah, maka tidak dapat dicela orang yang diliputi ketakutan.

Pada contoh diatas , mukhatabnya mengingkari dan menentang isi beritanya. Dalam kondisi seperti ini kalimat wajib disertai beberapa sarana penguat yang mampu mengusir keingkaran mukhatab dan menjadikannya menerima. Pemberian penguat ini harus disesuaikan dengan frekuensi keingkarannya. Oleh karena itu, kalimat pada contoh ini diperkuat dengan dua penguat, yaitu inna dan lam.

Kalam Insya’

1. PENGERTIAN KALAM INSYA’I
Kalam insya’ adalah kalimat yang pembicaranya tidak dapat disebut sebagai orang yang benar ataupun sebagai orang yang dusta.
Contoh:
• Fatwa Al-Hasan r.a.
لا تطلب من الجزاء إلا بقدر ما صنعت
janganlah kau menuntut balasan kecuali senilai apa yang kamu kerjakan.
• Ash-shimmah bin Abdullah berkata:
بنفسي تلك الارض م أطيب الربا !
و ما أحسن المصطاف و المتربعا !
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan alangkah indahnya sebagai tempat peristirahatan di musim panas dan musim semi.

Dua contoh diatas adalah kalam insya’ karena keduanya tidak mengandung pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan. Contoh pertama adalah kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan. Oleh karena itu, kalam insya yang demikian disebut sebagai insya thalab’ sedangkan contoh yang kedua tidak digunakan untuk menghendaki terjadinya sesuatu, dan oleh karenanya disebut sebagai insya’ ghair thalabi.

2. PEMBAGIAN KALAM INSYA’
Kalam insya’ terbagi menjadi dua yaitu:
A. Insya’ Thalabi
Kalam Insya’ Thalabi adalah kalimat yang menghendaki terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada waktu kalimat itu diucapkan.
B. Insya’ Ghair Thalabi
Kalam Insya’ Ghair Thalabi adalah kalimat yang tidak menghendaki terjadinya sesuatu. Kalam jenis ini tidak menghendaki terjadinya sesuatu. Kalam jenis ini banyak bentuknya, antara lain ta’ajjub ( kata untuk menyatakan pujian ), adz-dzamm (kata untuk menyatakan celaan), qasam, kata-kata yang diawali dengan dengan af’alur raja, dan demikian pula kata-kata yang mengandung makna akad ( transaksi ).
Contoh:

• Ash-Shimmah bin Abdullah berkata:
بنفسي تلك الارض م أطيب الربا !
و ما أحسن المصطاف و المتربعا !
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan alangkah indahnya sebagai tempat peristirahatan di musim panas dan musim semi.

Dalam makalah ini jenis kalam insya ghair thalabi tidak akan dijelaskan secara panjang lebar sebab, jenis kalam ini bukanlah bidang pembahasan ilmu ma’ani.

3. PEMBAGIAN KALAM INSYA’ THALABI
i. Amar (kalimat perintah)
Amar adalah menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Amar mempunyai empat macam redaksi, yaitu fi’il amar, fi’il mudhari’ yang didahului dengan lam amar, isim fi’il amar, dan mashdar yang menggantikan fi’il amar.
Kadang- kadang redaksi amar tidak digunakan untuk maknanya yang asli, melainkan kepada makna lain. Hal ini dapat diketahui melalui susunan kalimat. Makna lain tersebut adalah untuk irsyad (bimbingan), doa (permohonan), iltimas (tawaran), tamanni (harapan yang sulit tercapai), takhyir (pemilihan), taswiyah (menyamakan), ta’jid (melemahkan mukhathab), tahdid (ancaman), dan ibahah (kebolehan).

Contoh:
• QS.Maryam: 12
خذ الكتاب بقوة ( مريم : 12)
Ambillah al-kitab (taurat) itu dengan sungguh-sungguh! (QS.Maryam: 12)

• Qathari bin Al-Fuja’ah
فصبرا فى مجال الموت صبرا # فما نيل الخلود بمستطاع
Bersabarlah dengan sesabar-sabarnya dalam hal kematian, sebab meraih keabadiannya itu suatu yang tidak mungkin.

• Khalid bin Shufwan
دع من اعمال السر م لا يصلح لك فى العلانية
Tinggalkanlah olehmu perbuatan rahasia yang tidak pantas kau kerjakan dengan terang-terangan.

ii. Nahyi (larangan)
Nahyi (larangan) adalah tuntutan tidak dilakukannya suatu perbuatan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang yang martabatnya lebih rendah. Redaksi nahyia adalah fi’il mudhari’, didahului dengan laa nahiyah.
Kadang-kadang redaksi nahyi keluar dari maknanya yang hakiki dan menunjukan makna lain yang dapat dipahami dari susunan kalimat serta kondisi dan situasinya, seperti untuk doa, iltimas, tamanni, irsyad, taubah, tai-iis (pesimistis), tahdid, dan tahqir (penghinaan).
Contoh
• QS.al-an’am: 152
و لا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي احسن
dan janganlah kau dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat. (QS.al-an’am: 152)

• QS. An-nuur:22
و لا يأتل اولوا الفضل منكم و السعة ان يؤتوآ اولى القربى
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya. (QS. An-nuur:22)

• Abul-ala al-ma’arri berkata
و لا تجلس إلى أهل الدنايا # فإن خلائق السفهاء تعدى
Dan janganlah kamu berteman orang yang berselera rendah, karena akhlak orang-orang bodoh itu menular.

iii. Istifham
Istifham adalah mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Adatul istifham ( kata tanya ) itu banyak sekali, diantaranya adalah hamzah dan hal.
Contoh:
ا انت المسافر ام اخوك ؟
Apakah kamu yang telah bepergian atau saudaramu?

هل ينمو الجماد ؟
Apakah benda mati itu dapat berkembang?

ما الكرى ؟
Apakah kantuk itu?

iv. Tamanni
Tamanni adalah mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diharapkan keberhasilannya, baik karena memang perkara itu mustahil terjadi, atau mungkin terjadi namun tidak dapat diharapkan tercapainya. Bila perkara yang menyenangkan itu dapat diharapkan tercapainya, maka pengharapannya disebut taraji. Kata-kata yang dipergunakan untuk tamanni adalah laita, dan kadang-kadang dipakai juga kata-kata hal, lau, dan la’alla atas dasar tujuan balaghah.

Contoh:
• Ibnur-rumi berkata tentang bulan ramadhan:
فليت الليل فيه
Maka alangkah baiknya jika satu malam bulan ramadhan itu lamanya sebulan, sedangkan siangnya berjalan secepat perjalanan awan.

• QS. Al-a’raf : 53
فهل لّنا من شفعآء فيشفعوالنا
maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami?(QS. Al-a’raf : 53)

• QS. Al-Qashash:79
.....يليت لنا مثل مآ اوتي قارون
Aduhai, seandainya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada qarun. (QS. Al-Qashash:79)

v. Nida’ (seruan)
Nida’ adalah menghendaki menghadapnya seseorang dengan menggunakan huruf yang menggantikan lafaz ad’uu. Huruf- huruf nida itu ada delapan : hamzah (ء), ay (اي), yaa (يا), aa (آ), aay (آي), ayaa (ايا), hayaa (هيا), dan waa (وا). Hamzah dan ay untuk memanggil munada yang dekat, sedangkan huruf nida’ yang lain untuk memanggil munada yang juah.
Kadang-kadang munada yang jauh dianggap sebagai munada yang dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida’ hamzah dan ay. Hal ini merupakan isyarat atas dekatnya munada dalam hati orang yang memanggilnya. Dan kadang-kadang munada yang dekat dianggap sebagai munada yang jauh, lalu dipanggil dengan huruf nida’ selain hamzah dan ay. Hal ini sebagai isyarat atas ketinggian derajat munada, atau kerendahan martabatnya, atau kelalain dan kebekuan hatinya. Kadang-kadang nida’ dapat menyimpang dari maknanya yang asli kepada makna yang lain, dan hal ini dapat diketahui melalui beberapa karinah, sperti sebagai teguran, untuk menyatakan kesusahan, dan untuk menghasut.
Contoh:
• Abu nuwas berkata:
فلقد علمت بانّ عفوك اعظم # يا ربّ ان عظمت ذنوبي كثرة
Wahai Rabb-ku, seandainya dosa-dosaku sangat besar, maka sesungguhnya aku tahu bahwa pengampunan-Mu itu lebih besar.

• Al-farazdaq menyombongkan nenek moyangnya dan menghina jarir
اذا جمعتنا يا جرير المجامع # اولئك آبائ فجئنى بمثلهم
Inilah nenek moyangku, maka tunjukkanlah kepada orang-orang seperti mereka ketika pada suatu saat kita bertemu dalam suatu pertemuan, wahai jarir.

Selasa, 01 Oktober 2013

Metode Scramble

Metode Pembelajaran "SCRAMBLE"


  1. Metode Pembelajaran Scramble
1. Pengertian Metode Pembelajaran Scramble
Istilah scramble berasal dari bahasa inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Sedangkan Soeparno berpendapat bahwa metode scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.
Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni :
a.       Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya :
alpjera = pelajar
ktarsurt = struktur
b.      Scramble kalimat : yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar. Contohnya :
komme – Ich – aus – Bandung = Ich komme aus Bandung
c.       Scramble wacana : yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna.
Melalui pembelajaran kooperatif metode scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode scramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran kooperatif metode scramble adalah sebuah metode yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok dapat berpikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal. Metode permainan ini diharapkan dapat memacu minat siswa dalam pelajaran membaca pemahaman bahasa Jerman.
2. Prosedur (langkah-langkah) Pembelajaran dengan Metode Scramble
Pembelajaran kooperatif metode scramble, memiliki kesamaan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat
b.      Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut      
c.       Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.
d.      Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran metode scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kreativitas serta kerja sama siswa dalam kelompok. Metode ini memberikan sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan harapan dapat menarik perhatian siswa.
3. Manfaat Penggunaan Metode Scramble
Bagi Peserta Didik :
a.       Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengingat istilah yang sulit akan terkurangi bebannya.
b.      Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.
c.       Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi.
Bagi guru :
a.       Mendapat Pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
b.      Sebagai motivasi meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik.
c.       Guru dapat semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi tetap serius.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble
a.       Kelebihan
1)      Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif, sehingga dalam teknik ini, setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu di kelompok diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya.
2)      Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.
3)      Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.
4)      Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.
5)      Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju.
b.      Kekurangan
1)      Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2)      Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
3)      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikann oleh guru.
4)      Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan.
  1. Penerapan Metode Pembelajaran Scrambel pada Mata Pelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yangmengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua kajian pokok pengetahuan sosial dan sejarah. Di bawah ini akan dicontohkan penerapan penggunaan metode scramble pada mata pelajaran ips.
Media :
  1. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Membuat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Contoh : Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
  1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …
  2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
  3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
  4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
  5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
  6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
  7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
  8. Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
  9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di    bank untuk membayar sejumlah uang disebut …
Kolom B
1.          TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……BARTER )
2.          GANU …………………………………
3.          TRASEK ………………………………
4.          KISTRINI …………………………
5.          LIRI ………………………………………
6.          SRUK …………………………………
7.          MINALON ………………………….
8.          SAKSITRAN …………………………
9.          KEC ……………………………………
 Kesimpulan
Scramble adalah sebuah permainan yang dapat dilakukan oleh 2-4 orang dalam permainan tersebut para pemainnya harus menyusun kembali kata-kata dari potongan kalimat-kalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu. Secara umum digunakan untuk melatih siswa dalam menguatkan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran melalui bantuan lembar kerja yang berisi kata-kata yang diacak hurufnya.
  1. Saran
Beberapa saran yang bisa disampaikan dalam tulisan ini antara lain :
  1. Dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS, guru SD menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan.
  2. Metode Scramble masih banyak kekurangannya untuk itu para guru Sd harus bisa membuat lebih bervariasi dan inovatif untuk mendorong motivasi siswa dan kemampuannya yang berbeda-beda.
  3. Dalam Mata Pelajaran Ips guru hendaknya berkreasi dalam memanfaatnya media pembelajaran yang menunjang efektifitas kegiatan pembelajaran IPS.

Contoh

Simak kembali contoh-contoh berikut:
a.       Teks Arab            : يُؤَدِّى الْمُسْلِمُوْنَ فَرِيْضَةَ الْحَجِّ
Arti Harfiyah       : Menunaikan  orang-orang muslim kewajiban haji
Terjemahan       : Orang-orang muslim menunaikan kewajiban haji
b.      Teks Arab            : يَزُوْرُ الْمُحَافِظُ حَدِيْقَةَ الْحَيَوَانِ
Arti Harfiyah       : Mengunjungi  Gubernur kebun binatang
Terjemahan       : Gubernur mengunjungi kebun binatang
c.       Teks Arab            : يَكْتُبُ التِّبْمِيْذُ الدَّرْسَ
Arti Harfiyah       : Menulis murid pelajaran
Terjemahan       : Murid menulis pelajaran
Latihan:
Terjemahkan kalimat-kalimat berikut kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar!
1.       Teks Arab            : يُصَلِّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ
Arti Harfiyah       : Shalat orang-orang Islam di dalam masjid.
Terjemahan       : ………………………………………………………………
2.       Teks Arab            : نَاقَشَ الطَّلَبَةُ الشُّؤُوْنَ التَّرْبَوِيَّةَ
Arti Harfiyah       : Berdiskusi para mahasiswa masalah-masalah pendidikan.
Terjemahan       : ………………………………………………………………
3.       Teks Arab            : غَادَرَت الطَّائِرَةُ فِى السَّاعَةِ السَّابِعَةِ
Arti Harfiyah       : Berangkat pesawat pada jam tujuh.
Terjemahan       : ………………………………………………………………
4.       Teks Arab            : هَبَطَت الطَّائِرَةُ فِى مَطَّارِ جِدَّةَ
Arti Harfiyah       : Mendarat pesawat di Bandara Jeddah.
Terjemahan       : ………………………………………………………………
5.       Teks Arab            : يَنْجَحُ التِّلْمِيْذُ فِى الاِمْتِحَانِ
Arti Harfiyah       : Berhasil murid dalam ujian.
Terjemahan       : ………………………………………………………………

Jumlah

1. JUMLAH ISMIYAH
Adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan kalimah isim (kata benda).
Susunan kalimatnya terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada' adalah

a.Harus berupa isim ma'rifat.

b.I’robnya rofa’.


Khobar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat). I'robnya khobar juga rofa'.


Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.

Contoh :

زَيْدٌُ أُسْتاَذٌُ ( Zaid adalah seorang guru)
الرَّجُلاَنِ أُسْتاَذاَنِ ( dua orang orang laki-laki itu adalah 2 guru)
زَيْدٌُ بَيْتُهُ كَبِيْرٌُ ( Zaid rumahnya besar)

Keterangan :

Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam adalah khobar.
Pada contoh 1 dan contoh 2 dapat kita lihat kesesuaian anara mubtada’ dan khobar dalam hal bilangannya. Sedangkan pada contoh 3 khobarnya adalah berupa jumlah/kalimat.

Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat nominal apabila khobarnya berupa kalimah isim (kata benda)

Contoh : زَيْدٌُ طاَلِبٌُ (Zaid adalah seorang pelajar)


Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat verbal apabila khobarnya berupa kalimah fi'il (kata kerja)

Contoh : زَيْدٌُ جاَءَ الَي الْمَدْرَسَةِ (Zaid telah datang ke sekolah)

Keterangan
Pada kalimat pertama dapat kita lihat bahwa khobarnya berupa kalimah isim yaitu طاَلِبٌُ sehingga terbentuk kalimat nominal sedangkan pada kalimat ke-dua khobarnya berupa kalimah fi'il yaitu جاَءََ sehingga terbentuk kalimat verbal.
JUMLAH FI’LIYAH

Adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il.
Terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).

Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.

Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus muannast. Begitu juga apabila berbentuk mudzakar.

Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).

Contoh :

قَرَأَ مُحَمَّدٌُ (Muhammad telah membaca)
قَرَأَتْ هِنْدٌُ (Zaid sedang membaca)
يَقْرَأُ زَيْدٌُ (Hindun telah membaca)
يَقْرَأُ الطَّالِبُوْنَ (Para siswa sedang membaca)

Keterangan : kata yang berwarna merah adalah fi’il sedangkan yang berwarna putih adalah fa'il.
Pada contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam jenisnya yaitu mudzakar dan muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4 dapat kita lihat bahwa berapapun bilangan failnya fi’il harus tetap mufrod.